Rabu, 09 Mei 2012

KUMITE

      Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
       Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
       Pada awalnya hanya dikenal Kata sebagai satu – satunya bentuk kompetisi yang dikenal dalam Karate di era tradisional. Baru pada tahun 1920-an dimulai usaha perumusan bentuk baku dari apa yang kita kenal sekarang sebagai Kumite dengan mengadopsi model pertandingan Kendō dan Judō.
Karena bersumber / berpatokan pada Budō maka secara otomatis dalam pemahaman secara keseluruhan Kumite bersandar pada lima konsep filosofis tradisional Zen , yaitu :
1. Ma-ai
2. Tsukuri
3. Kake
4. Kuzushi
5. Senryaku / Senjutsu

1. Ma-ai , adalah konsep jarak yang dianggap penting sekali bagi orang Jepang bahkan dalam aspek kehidupan sehari – hari pun. Seorang yang bisa memahami secara baik konsep ini akan mampu menembus sebuah celah yang paling kecil sekalipun karena ia dapat memanfaatkan peluang waktu secara tepat. Dalam penerapannya pada sebuah pertarungan dikenal adanya tiga macam Ma-ai , yaitu :
a. To-ma , jarak yang terlalu jauh dengan lawan.
Dalam jarak seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah selalu serileks mungkin sambil mulai membaca lawan secara global.
b. Juban no ma , jarak yang sempurna dengan lawan.
Dalam jarak yang seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah sudah siap mebuat sebuah keputusan pasti apabila berlanjut ke arah Chika-ma. Bila terlalu lama berada pada Juban no ma tanpa memiliki sebuah keputusan apa pun lebih baik bergerak kembali ke arah To-ma.
c. Chika-ma , jarak yang terlalu dekat dengan lawan.
Dalam jarak yang seperti ini hal yang seharusnya dilakukan adalah siap menghadapi apa pun yang terjadi dengan segala resikonya dan jika telah memungkinkan melaksanakan sebuah teknik maka sangat disarankan kembali secepatnya ke arah Juban no ma atau bahkan ke arah To-ma.

2. Tsukuri , adalah konsep kesiapan fisik tubuh secara total dengan penerapan utama dalam hal melakukan serangan, serangan balik maupun memindahkan tubuh.

3. Kake , adalah konsep yang menekankan pentingnya faktor variasi dalam melakukan teknik pada sebuah serangan.

4. Kuzushi , adalah konsep yang menggambarkan keadaan pikiran yang bebas dari seluruh perasaan yang tertekan sehingga memudahkan seseorang memanfaatkan kekuatan maupun posisi tubuh lawannya dalam melakukan serangan yang efisien.

5. Senryaku / Senjutsu , adalah konsep tentang strategi pertarungan yang berdasarkan inisiatif / insting. Ada beberapa model yang dikenal yang bisaanya menjadikan seseorang bertipe tertentu dalam model Kumite modern :
a. Sen no sen , berarti siaga untuk mengantisipasi serangan.
b. Go no sen , berarti melakukan tangkisan terhadap serangan dan segera melancarkan sebuah serangan balik.
c. Sen - ken , berarti melakukan gerakan untuk mengantisipasi gerakan lawan.
d. Tai no sen , berarti inisiatif yang baru diambil seseorang yang bertahan apabila lawannya mulai menyerang.
e. Sakki , berarti inisiatif yang paling tertinggi tingkatannya karena seseorang mampu “membaca” rencana pergerakan lawannya dan mampu melakukan serangan terlebih dahulu sebelum lawannya melancarkan sebuah serangan.

      Dalam kaitan dengan Budō juga haruslah diketahui dengan baik apa yang disebut sebagai Kyusho ( titik – titik vital pada tubuh ) yang menjadi sasaran dari Atemi ( serangan yang sempurna dan terfokus ). Atemi yang maksimal akan menghasilkan rasa sakit yang luar bisaa , dan untuk itu diperlukan sebuah metode tradisional yang disebut Kuatsu ( terapi pemijatan pada titik – titik tertentu yang berfungsi untuk menetralisir rasa sakit yang diakibatkan Atemi ).
      Dalam konsep Kumite Karate modern ada 8 unsur yang harus dikuasai seorang peserta dalam sebuah kompetisi :
1. Semangat yang teguh
2. Teknik yang baik
3. Kecepatan
4. Waktu & Jarak yang tepat
5. Kestabilan tubuh, pernafasan dan tenaga
6. Kesadaran ( Zanshin )
7. Konsentrasi & Fokus
8. Sportifitas mental

        Kumite adalah bagian karate yang merupakan hal baru, pada saat Bapak Karate Gichin Funakoshi hidup, tidak ada latihan kumite, yang beliau ajarkan terbatas hanya Kihon dan Kata. Setelah Beliau wafat dan anaknya mengajarkan karate, dan ketika karate mulai diajarkan disejumlah universitas di Jepang, mulailah Kumite dan Kompetisi menjadi popular.
       Merupakan kesalahan besar jika kita menganggap latihan kumite diatas segalanya, Masatoshi Nakayama, Dan IX, mengatakan bahwa didalam Kata kita telah berlatih dengan musuh yang dibayangkan, hanya gerakan tubuh dan menggunakan lebar jarak dalam teknik menyerang dan menangkis.
Kumite akan mengingatkan kita pada hal-hal yang kecil tetapi merupakan hal penting yang terkandung dalam karate. Oleh karena itu tanpa pengusaan Kihon dan Kata yang baik , kita tidak akan dapat melakukan Kumite dengan baik.
       Jika teknik karate digunakan dengan paksaan/tidak natural atau dengan jalan kekuatan, tubuh akan menjadi rusak dan jika teknik kata menjadi rusak ketika diaplikasikan, maka latihan Kumite tidak akan mencapai tujuannya. Dengan kata lain, pengenbangan latihan Kumite berhubungan secara langsung dengan pengembangan dalam Kata. Keduanya berjalan bersama-sama seperti tangan yang memakai sarung tangan.
       Etika dan sikap hormat kepada pasangan latihan kumite harus diperlihatkan selama melakukan praktek kumite. Ketika latihan Kihon (dasar) di Dojo, karateka harus melangkah kedepan dengan kecepatan dan tenaga, teriakan “Kiai” memperlihatkan semangat yang baik. Ketika berlatih Kumite di Dojo, karateka melakukan gerakan melangkah kebelakang untuk memperlihatkan sikap hormat dan terimakasih kepada pasangan yang telah membantunya dalam latihan mereka. Latihan kumite dimulai dan diakhiri oleh masing-masing pasangan dengan sikap Musubi-Dachi (sikap berdiri, tumit menyentuh lantai dan ujung kaki membentuk sudut 45°, tangan terbuka dan menyentuh bagian luar paha) berhadap-hadapan dan saling memberi hormat (membungkukkan badan).

KIHON KARATE


Kihon secara harfiah berarti dasar atau Pondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
Namun sebelum mempelajari teknik gerakan dasar, maka perlu diketahui beberapa istilah, khususnya dalam hal latihan Karate, sebagai berikut :





Istilah Umum
Shoto : Nama yang diberikan Gichin Funakoshi, kumpulan cemara
Kan : Ruang, balai utama
Karate : Tangan kosong
Karateka : Orang yang berlatih karate
Sensei : Guru
Sempai : Senior
Kohai : Yunior
Kyu : Peringkat (dibawah sabuk hitam)
Dan : Peringkat (sabuk hitam)
Yudansha : Penyandang Sabuk Hitam
Gi : Seragam
Obi : Sabuk
Do : Jalan, cara
Budo : Jalan peperangan, cara bertarung
Bushido : Jalan pendekar untuk kebenaran
Zanshin : Sikap tenang dan waspada
Kime : Fokus, konsentrasi
Osu : Ungkapan terima kasih, menunjukkan rasa hormat
Kihon : Dasar
Kumite : Bertanding
Kata : Bentuk resmi, kembangan
Dachi : Kuda-kuda
Tsuki : Pukulan
Geri : Tendangan
Uke : Tangkisan
Waza : Teknik
Kamae : Posisi badan
Sen : Inisiatif
Sundome : Menghentikan teknik tepat kira-kira 3 cm sebelum sasaran.
Onegai shimasu : “Aku memintamu berlatih denganku”

Perintah
Narande : Berbaris
Seiretsu :Berbaris sesuai urutan peringkat sabuk
Yoi : Siap
Yasume : Istirahat
Yame : Berhenti
Otaigai ni : Berhadapan satu sama lain
Sensei ni : Menghadap ke guru
Shomen ni : Menghadap ke depan
Rei : Membungkuk memberi hormat
Seiza : Duduk bermeditasi
Age-te : Tangan diatas (posisi menutupi)
Mawatte : Berputar
Hajime : Mulai

Arah
Mae : Depan
Ushiro : Belakang
Yoko : Samping
Tate : Vertikal
Mawashi : Memutar
Jodan : Sasaran atas
Chudan : Sasaran tengah
Gedan : Sasaran bawah
Migi : Kanan
Hidari : Kiri
Tobi : Lompat
Gyaku : Kebalikan
Age : Atas
Soto : Keluar
Sokumen : Samping
Uchi : Kedalam
Otoshi : Menjatuhkan diri

Bagian-bagian badan
Ken : Tinju
Tate Ken : Tinju vertikal
Ippo ken : Ujung jari telunjuk
Kaishu : Tangan terbuka
Tekubi : Pergelangan
Teisho : Telapak tangan
Ude : Lengan depan
Empi : Siku
Ashi : Kaki
Ashikubi : Mata kaki
Hiza : Lutut
Ensho : Bagian belakang tumit
Teisoku : Bagian bawah kaki
Kakato : Tumit kaki
Sokuto : Pisau kaki
Tsumasaki : Ujung jari kaki
Atama : Kepala
Wan : Lengan
Naiwan : Lengan belakang
Jiku ashi : Poros kaki

Warna
Aka : Merah
Shiro : Putih
Ao : Biru
Murasaki : Ungu
Kuro : Hitam
Ki : Kuning
Midori : Hijau
Cha : Coklat

Angka
Ichi : Satu
Ni : Dua
San : Tiga
Shi : Empat
Go : Lima
Roku : Enam
Shichi : Tujuh
Hachi : Delapan
Ku : Sembilan
Ju : Sepuluh
Niju : Dua puluh
Niju go : Dua puluh lima
Hyaku : Seratus
Ippon : Pertama
Yon : Keempat
Gohon : Kelima

TAMESHIWARI


Bagi orang awam atau mereka yang tidak memahami bahkan tidak pernah bersentuhan dengan Seni Beladiri Karate, di manapun di dunia ini umumnya sangat kagum dan tertarik melihat seorang memperagakan` Tameshiwari ` yang sering digandengkan dalam suatu pertunjukan Karate. Entah pertandingan ataupun sekedar demonstrasi, sehingga Karate sering diidentikan dengan Tameshiwari. Seolah-olah Karate itu Tameshiwari dan Tameshiwari adalah Karate. Tameshiwari adalah teknik memecah belah benda keras dengan organ tubuh, seperti dengan tangan, kaki atau juga kepala yang sering melengkapi dan menyertai pertandingan atau demonstrasi karate.
Tameshiwari dipersiapkan sebelumnya dengan baik sehingga hasilnya terlihat sangat spektakuler dan dahsyat. Pada umumnya yang menjadi obyek memang benda statis seperti batu bata, papan kayu, balok es, dan lain sebagainya. Sehingga konsentrasi, pengerahan tenaga, kekuatan dan kecepatan bisa dilakukan dengan baik dan nyaris sempurna ke arah titik fokus sasaran. Karena obyek bukan benda bergerak, maka titik sasaran bisa dikenai dengan jitu dan tepat. Akibatnya, tameshiwari bisa dilakukan dengan baik dan berhasil, berbeda dengan target yang bergerak.
Master Oyama, sebagai pendiri Kyokushinkai Karate adalah orang yang layak disebut sebagai pelopor dalam mempopulerkan teknik pemecahan benda benda keras ini khususnya pada abad ke 20, terutama setelah Perang Dunia II. Ketrampilan ini sudah dipersiapkan melalui latihan keras jauh sebelumnya. Kekuatan dan keampuhan khususnya bagian tangannya (Shuto - Pisau Tangan) dan Seiken (Kepal Tangan) terkenal amat dahsyat. Memecah belah atau mematahkan benda benda keras yang diperagakan pada mula kebangkitan sistem Aliran Kyokushin ini sering merupakan demonstrasi yang jarang dilakukan karateka lain yang lahir dengan sistem berbeda sebelumnya. Demonstrasi seperti ini sering diperagakan di dalam negeri maupun di luar Jepang yaitu dengan mengadakan tur ke ke Amerika Serikat, sebagai pintu gerbang utama yang memunginkan segala sesuatu cepat dikenal secara mendunia apabila mendapat perhatian dan respons baik serta sambutan masyarakat dan media massa Negara Paman Sam tersebut.
Karate saat itu Karate kepopulerannya menurun dibandingkan Seni Beladiri yang lain seperti Judo, Jujitsu. Terutama di Indonesia, karate masih jarang dikenal, kecuali melalui berita media massa yang ada. Karate mulai masuk Indonesia sekitar tahun 1964, yaitu aliran Shotokan yang dibawa oleh Bapak Drs. Baud A.D. Adikusumo dan kemudian oleh beberapa Karateka lain setelah mereka menyelesaikan studinya di Jepang. Kebanyakan beraliran Shotokan yang merupakan aliran tertua di Jepang dan ada juga yang masuk hampir bersamaan dari aliran Goju Ryu dan Wado Ryu.
Master Oyama lahir di Korea pada tahun 1923 pada saat Master Gichin Funakoshi sebagai `Pelopor` Karate modern membawa masuk dan memperkenalkan Seni Beladiri ini dari Pulau Okinawa yang dikenal dengan nama Okinawa te (Tangan orang Okinawa) ke Jepang yang akhirnya diberi nama `Karate` (Kara = Kosong, Te = Tangan). Aliran Shotokan yang dikembangan Master Gichin Funakoshi, Bapak Karate Modern ini merupakan Aliran Tertua Karate yang tumbuh di Jepang. Di Pulau Okinawa memang dikenal tiga kelompok Seni Beladiri yang menamakan diri sebagai : Naha te, Tomari te dan Okinawa te.
Okinawa te yang mungkin keras, kasar, kurang sistematis dan tidak tertata secara ilmiah, dibenahi oleh Gichin Funakoshi. Kejadian ini seperti halnya Ju Jitsu yang dimodernisir dan diilmiahkan serta disusun secara lebih sistematis menjadi Judo oleh Prof. Jigoro Kano dan bisa dipertandingkan menjadi Judo Olah Raga yang kita kenal hingga sekarang. Prof. Morihei Uyeshiba memperkenalkan Aikido untuk kalangan elite dan atas serta para bangsawan saja saat itu. Beberapa tokoh seni beladiri memperkenalkan sistemnya seperti Master Gogen Yamaguchi dengan Goju Ryunya, Master Kenwa Mabuni dan lain lain.
Di Jepang memang terdapat puluhan macam aliran karate setelah itu tetapi hanya beberapa yang bertahan dan dikenal luas di dunia hingga kini. Dalam melakukan Tameshiwari, walau semua itu sudah dipersiapkan dengan baik dan maksimal masih juga terjadi kegagalan.
Master Oyama cukup sportif juga dan mengakui, dirinya yang demikian perkasa pernah juga babak belur dikeroyok beberapa pemuda gang hingga terpaksa dirawat di rumah sakit. Tiada sesuatu yang mutlak kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Usaha mencari popularitas dan keuntungan materi terjadi pada Peristiwa Bandot Rahardo yang mencoba memukul dan mematahkan tanduk sapi jantan yang tidak seberapa besar di Senayan sekitar tahun 1960 umpamanya, yang gagal total dan demonstrasi-demonstrasi pemecahan benda keras hasil trik dan rekayasa yang kemudian bermunculan disana sini dan sering justru memancing kekecewaan dan cemooh.
Segera setelah apa yang dilakukan oleh Pendiri Aliran Kyokushin Karate ini, di dunia muncul tiruan-tiruan dan teknik-teknik imitasi yang berbau penipuan dengan berbagai trik dan rekayasa. Semuanya ini bukan hasil usaha yang tekun dan murni karena kekuatan fisik dan mental yang terbentuk melalui latihan yang berat dan dicapai dalam jangka waktu yang cukup panjang, tetapi sekedar ingin populer secara mendadak dan mencampuradukkan pengertian yang sebenarnya dengan sesuatu pandangan yang keliru sehingga menimbulkan kerancuan yang sering mengakibatkan pandangan yang salah dari masyarakat luas terhadap karate.
Akibat kesalahpahaman dan salah anggapan yang sudah jauh masuk dalam pikiran orang awam serta mereka yang tidak memahami arti sesungguhnya hubungan antara Tameshiwari dan Seni Beladiri Karate, sering timbul pendewaan dan mengagung-agungkan kebisaan ini sehingga seorang yang sanggup memecah belah benda-benda keras dengan organ tubuhnya lalu digelari `Jago Karate`. Nilai seorang karateka jadi merosot dan dangkal. Memang, seorang karateka yang terbina dengan baik, lengkap dan berimbang, setidak tidaknya mempunyai kemampuan melakukan `Tameshiwari` sekedar sebagai pelengkap ilmunya demi untuk memenuhi syarat bahwa arti `KARATE` adalah `TANGAN KOSONG`. Senjata utama seorang karateka memang adalah bagian badannya, khususnya bagian tangan untuk membela diri. Umpama Seiken (Kepal Tangan) dan Shuto (Pisau Tangan) yang berfungsi menonjol dan dominan disamping kegunaan kaki. Kedua bagian tubuh ini terasa paling praktis untuk membela diri dan melumpuhkan lawan. Kaki berguna dan seyogyanya tidak diabaikan kemampuannya karena kekuatan kaki bisa berlipat ganda dari tenaga tangan asal terlatih.
Demikianlah seorang karateka karena kesiapannya bisa melakukan `Tameshiwari` yang berimbang dengan kondisi fisiknya dan kemampuannya,tetapi sebaliknya, seorang yang sanggup melakukan `Tameshiwari` betapapun hebatnya, belum tentu seorang karateka, karena seorang karateka tidak diukur dan dinilai kemampuan lahiriah belaka atau sekedar kekuatan fisik yang dimilikinya, walau sanggup menampilkan kesuperiorannya yang mengagumkan.

Berlatih seni beladiri (karate), mendalaminya dan memahami arti yang sebenarnya, berarti sanggup menekan nafsu dan mengendalikan diri sendiri yang sering bersifat egosentris. Bukan malahan dengan menguasai Seni Beladiri, seseorang makin gampang mengumbar nafsu angkara murkanya bermodalkan kelebihannya, apalagi pamer diri secara penuh keangkuhan dan kecongkakan serta merasa bangga diri bisa melecehkan pihak lain khususnya terhadap mereka yang tak berdaya. Mencelakai sesamanya karena mengagung-agungkan kelebihan dan kemampuan fisiknya 

Sumber gambar : karatebyjesse.com


BERHATI-HATI DI JALANAN


·         Senjata terbaik ialah kebajikan, akal pikiran, dan kewaspadaan.
·         Selalu siap terhadap lingkungan sekitar saat terjadi hal yang tidak diinginkan (orang usil, orang asing, saat sendirian di manapun berada)
·         Jangan memasuki tempat yang berbahaya, atau yang berpotensi menimbulkan bahaya, berusaha memikirkan cara yang aman
·         Apabila dapat menghindar, Lakukanlah. Karena pertarungan yang terjadi sering kali menyebabkan kerugian
·         Berusaha untuk mencari solusi, agar tidak terjadi pertarungan, atau mencoba mengulur waktu untuk menemukan solusi terbaik
·         Apabila terpaksa terjadi pertarungan, maka wajib membela diri dengan segenap kekuatan
·         Jangan terlalu lama berpikir dalam membela diri, segera bertindak, atau terlambat.
·         Gunakan alat sekecil apapun sebagai senjata (tas, gantungan kunci/kunci, payung, buku, dan lain sebagainya). Bahkan dapat menggunakan anggota tubuh sebagai senjata (kuku, gigi, sikut, dan lain sebagainya)
·         Saat melakukan serangan baik pukulan atau tendangan, lakukan dengan kekuatan penuh dan Ki-Ai (berteriak sekeras-kerasnya), maka kemenangan akan didapatkan.
·         Saat terdesak, perlu untuk meminta bantuan orang lain.
·         Perlu diingat, lakukan pertahanan sebaik-baiknya untuk keselamatan diri.

Sumber Gambar : lilomag.com

20 PRINSIP KARATE-DO : GICHIN FUNAKOSHI


1.       Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
2.       Tak ada serangan pertama pada karate.artinya tidak menyerang lawan terlebih dahulu.
3.       Karate merupakan alat untuk menegakkan keadilan.
4.       Pertama-tama, kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
5.       Semangat yang utama, teknik kemudian.
6.       Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu.
7.       Kecelakaan timbul karena kecerobohan.
8.       Janganlah berpikir bahwa latihan karate cuma bisa di dojo.
9.       Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
10.   Masukkan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo (rahasia yang tersembunyi).
11.   Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
12.   Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
13.   Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
14.   Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan tidak (bergerak menurut lawanmu).
15.   Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang.
16.   Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah laku atau akhlak seseorang yang akan dapat mengundang masalah bagi mereka.
17.   Karateka Pemula harus menguasai kuda-kuda dan cara berdiri, dan posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
18.   Berlatih Kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal yang lain.
19.   Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan kontraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik. 
20. Selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara untuk hidup disiplin setiap hari

Cara Memakai Sabuk Karate

Ada beberapa sumber yang menampilkan cara memakai sabuk.antara lain :
1. jzfma.com

2. hometeamsonline.com
3. traditionalshotokankarate.co.uk
4. strykermartialarts.com
5. amablackbeltacademy.com  
 

Minggu, 29 April 2012

APA ITU SENSEI, SEMPAI dan KOHAI ?


Huruf Kanji Sensei
1.      Sensei
Dalam berlatih Karate, tidak ada yang lebih penting dari seorang Guru, yang sering disebut Sensei. Tersusun atas dua suku kata yaitu “SEN” yang berarti “Kepala” atau “Ketua”, dan “SEI  berarti hidup. Jika digabungkan keduanya, menjadi kata yang baru berarti “seseorang yang mengendalikanmu dalam hidup”. Sensei atau Guru, umumnya berusia lebih tua dan layak untuk dihormati. Di Jepang, Sensei atau Guru bukanlah sekedar sebagai “instruktur” yang hanya memberi perintah saja. Tetapi Sensei adalah tauladan dalam hidup yang mengajarkan kebaikan dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, serta mengayomi murid-muridnya. Sehingga para murid selayaknya mendengarkan ajaran kebaikannya.
Sensei merupakan orang yang melatih, menjaga dan mengayomi dalam latihan selama bertahun-tahun, yang memberikan ilmunya sepenuh hati dalam berlatih Karate. Sensei mengajarkan kebaikan setiap waktu terhadap murid-muridnya tanpa mengharapkan penghargaan sebagai balas jasa, hanya berharap ilmu yang diajarkan dapat diterapkan oleh muridnya dengan sebaik-baiknya.

2.       Sempai dan Kohai
Huruf Kanji Sempai
Sempai adalah senior atau orang yang belajar terlebih dahulu dalam Dojo, dan Sempai memiliki kemampuan atau ketrampilan lebih baik dari murid pemula. Sempai bertugas membantu Sensei dalam memberikan pengajaran dan latihan dalam Dojo. Umumnya Sempai juga berstatus sama sebagai murid dalam dojo. Anggota pemula (Kohai) berkewajiban untuk menghormati Sempai karena perannya yang membantu dalam latihan Karate. Hubungan antara Kohai dan Sempai itu sering disebut dengan “MIBUN”.

SALAM KARATE


PAKAIAN KARATE


Pakaian karate dalam istilah karate ( jepang ) disebut “DOGI”. Pakaian karate didesain seperti “kimono” (pakaian tradisional jepang). Terbuat dari bahan yang beragam yang memiliki kekuatan berbeda pula. Warna dasar pakaian resmi karate adalah putih. Terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu baju (Uwagi) dan celana (Zubon) yang dilekatkan pada pakaian karate sebuah ikat pinggang (Obi) yang memiliki warna berdasarkan tingkatan.

Arti Warna Sabuk Karate
Sabuk dalam Karate memiliki lebar 1.5 inci (atau kurang dari 4 cm) dan panjang sekitar 100 inci atau 2,56 meter.(All-Karate.com, 2006).
Arti dari warna sabuk Karate yang sebagaimana kita ketahui di mulai dari sabuk warna putih, kuning, hijau, biru, coklat dan hitam adalah pada dasarnya tentang kehidupan dan pengartiannya, serta menjadi wacana bagi para Karateka dalam mengetahui lebih dalam atas sabuk yang disandangnya. Tidak mudah memang untuk mencapai tahapan sabuk demi sabuk, harus melalui banyak ujian hingga mencapai sabuk tertinggi.
Dalam beladiri Karate warna sabuk ( obi ) dipergunakan untuk membedakan antara satu karateka dengan karateka lainnya. Dan arti dari warna sabuk Karate adalah :

Sabuk Putih
Melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima dan mengolah hasil latihan dari guru masing - masing. Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini tergantung dari apa yang diberikan oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi atau nilai Karate telah disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung jawab ada pada masing - masing individu.

Sabuk Kuning
Melambangkan warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah mampu memahami semangat Karate, berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga merupakan tahapan terakhir dari seorang pemula “raw beginner” dan bisaanya sudah mulai belajar tahapan - tahapan gerakan kumite bahkan ada juga yang mulai turun di suatu turnamen. Ada sebagian perguruan yang menggunakan warna kuning dibagi menjadi dua tingkatan yaitu : kuning muda dan kuning tua / oranye.

Sabuk Hijau
Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah harus mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan karate seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang sudah dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses pertumbuhannya mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.

Sabuk Biru
Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit. Artinya karateka harus mempunyai semangat luas seperti angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai berani untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi dan berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol emosi dan berdisiplin.

Sabuk Coklat
Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan kyu 2 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi junior - juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah sikap menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati pada sesama.

Sabuk Hitam
Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan sikap kepercayaan diri yang didasari pada nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka untuk mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat tanggung jawab besar dari karateka. Pada tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai karate sudah harus menjadi bagian dari karateka.

Sebagian perguruan Karate di Indonesia, menggunakan sistem peringkat selain sabuk yakni kyu, ada beberapa perbedaan ketika sabuk biru ( kyu 4 ) mengikuti ujian kenaikan sabuk coklat. Ada yang turun kyu dari kyu 4 menjadi kyu 3,5. Di perguruan lain ada yang langsung dari kyu 4 menjadi kyu 3. Dengan demikian, bagi sebagian perguruan Karate di Indonesia ada yang menerapkan ujian kenaikan sabuk coklat sebanyak 4 kali ( 2 tahun atau 4 semester ) sampai mendapat kyu 1.
Namun bagi sebagian yang lain, bisa hanya sampai 1,5 tahun atau 3 semester. Maka warna sabuk dalam Karate selain sebagai pembeda antara karateka yang baru belajar / pemula dengan yang sudah lama menekuni Karate, sabuk dipergunakan lebih luas dari itu yakni sebagai proses pendorong bagi karateka untuk terus giat belajar dan berlatih. Selain itu juga, bagaimana perbedaan sabuk ini justru menjadi dorongan bagi semua karateka untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Hierarki Karate merupakan tingkatan pada organisasi karate yang ditandai oleh tingkatan sabuk dengan sebutan masing-masing yaitu :
 
Warna Sabuk
Kyu
Sebutan
(Jepang)
Sebutan (Indonesia)
Putih
10
Kohai
Pemula
Kuning
9-8
Kohai
Pemula
Oranye
7
Kohai
Pemula
Hijau
6
Kohai
Pemula
Biru
5-4
Kohai
Pemula
Coklat
3-1
Sempai
Senior / Asisten Pelatih
Hitam
Dan 1 s/d Dan 3
Sempai
Senior / Pelatih biasa
Dan 4 s/d Dan 5
Sensei
Guru / Pelatih Kepala
Dan 6 s/d Dan 8
Renshi / Dai Sensei / Kyoshi
Guru Ahli / Utama
Dan 9 s/d Dan 10
Shihan / Hanshi
Guru Besar / Mahaguru

468x60 Ads